Kepribadian dalam Psikologi Islam

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag

Guru Besar Psikologi Islam UIN Jakarta, Dosen Pascasarjana UI, Dewan Pakar Asosiasi Psikologi Islami (API), dan Dewan Ahli Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (Imamupsi)

Konsep atau teori kepribadian Islam harus segera tampil untuk menjadi acuan normatif bagi umat Islam. Perilaku umat Islam tidak sepatutnya dinilai dengan kacamata teori kepribadian Barat yang sekuler, karena keduanya memiliki frame yang berbeda dalam melihat realita. Perilaku yang sesuai dengan perintah agama seharusnya dinilai baik, dan apa yang dilarang oleh agama seharusnya dinilai buruk. Agama memang menghormati tradisi (perilaku yang ma’ruf), tetapi lebih mengutamakan tuntunan agama yang baik (khayr).

Dalam melakukan interpretasi tes-tes psikologi terhadap klien, para psikolog terkadang memerankan diri sebagai Tuhan (play God), melalui alat yang disebut dengan instrumen atau alat tes tertentu. Padahal ia hanya tahu kulit luarnya saja.

Ironisnya, hal itu menjadi acuan untuk diterima tidaknya seseorang menjadi pegawai atau jabatan tertentu. Bagi calon pegawai yang mengerti tentang kiat-kiat sukses dalam tes kepribadian, ia akan belajar terlebih dahulu bagaimana cara agar mendapat nilai baik, karena alat tesnya diulang-ulang (itu-itu saja). Padahal, tes kepribadian dalam konteks ini tak akan mampu menunjukkan kepribadian yang sesungguhnya.

Untuk diakui sebagai disiplin ilmu, membangun teori kepribadian berbasis Psikologi Islam akan menghadapi problem metodologis yang rumit. Hal itu terjadi karena psikologi kepribadian Islam berada di dua persimpangan jalan yang harus dilalui.

Persimpangan pertama harus melalui prinsip-prinsip ilmiah psikologi modern, sementara persimpangan kedua harus melalui nilai-nilai doktriner dalam Islam. Pada aspek tertentu, kedua persimpangan itu mudah dilalui secara simultan. Nnamun pada aspek yang lain justru bertabrakan, yang salah satunya tidak mau dikalahkan.

Betapapun sulit dan bahkan akan mengalami proses pendangkalan dan klaim tergesa-gesa, upaya membangun psikologi kepribadian Islam tak dapat ditundah-tunda lagi. Fenomena perilaku yang menimpa umat Islam akhir-akhir ini tak mungkin dapat dianalisis dengan teori-teori psikologi kepribadian Barat.

Perilaku radikalisme beragama, bom bunuh diri yang populer dengan sebutan bom syahid, maraknya jamaah zikir dan muhasabah, atau senyuman Amrozi saat hendak divonis mati adalah sederetan perilaku yang unik dan membutuhkan analisis khusus dari teori-teori psikologi kepribadian Islam. Boleh jadi dalam teori psikologi kepribadian Barat perilaku tersebut merupakan patologis, sementara dalam psikologi kepribadian Islam diyakini sebagai perilaku yang mencerminkan aktualisasi atau realisasi diri.

Menghadirkan disiplin kepribadian Islam tidaklah mudah, sebab hal itu mengundang banyak pertanyaan. Klaim ketidak-ilmiahan dan kerancuan metodologis, menjadi senjata penyerangan bagi mereka yang antipati terhadap kehadiran disiplin yang berbasis agama.

Padahal, bukankah psikologi kepribadian yang ada selama ini hanyalah hasil adopsi dari teori-teori Barat? Apakah hal itu tidak menjadikan bias budaya? Mungkinkah teori yang dihasilkan dari penelitian atau eksperimen budaya Barat, bahkan ’budaya’ binatang (karena eksperimennya menggunakan binatang), dijadikan pisau analisis dalam melihat perilaku umat Islam?

Psikologi Pribumi

Uichol Kim, seorang psikolog asal Korea, mengkritisi psikologi Barat yang menyamaratakan pandangan psikologinya sebagai human universal. Kim menawarkan konsep psikologi pribumi (the indigenous psychology).

Menurut Kim, yang dikutip Achmad Mubarok, manusia tak cukup dipahami dengan teori psikologi Barat. Karena psikologi Barat hanya tepat untuk mengkaji manusia Barat, sesuai kultur sekuler yang melatarbelakangi lahirnya ilmu tersebut. Untuk memahami manusia di belahan bumi lain, harus digunakan pula basis kultur di mana manusia itu hidup.

Psikologi kepribadian Islam yang dimaksudkan di sini tak saja bernilai the indigenous psychology, tapi juga dianggap sebagai psikologi kepribadian lintas budaya, etnik dan bahasa. Atau lebih tepatnya psikologi kepribadian rahmatan lil-’âlamîn, yang mencakup alam syahâdah (empirik) dan alam gaib (metaempirik), bahkan alam dunia dan alam akhirat.

Ketika psikologi Islam menghadirkan konsep kepribadian, masalah pertama yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah terminologi apakah menggunakan istilah kepribadian Islam (asy-syakhshiyyah al-Islâmiyyah) atau kepribadian muslim (syakhshiyyât al-muslim).

Pertama, kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku manusia, baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran Islam, bersumber dari al-Qur`an dan al-Sunnah. Dari kedua sumber tersebut, para pakar berusaha melakukan ijtihad untuk mengungkap bentuk-bentuk kepribadian menurut ajaran Islam, agar bentuk-bentuk itu dapat diterapkan oleh pemeluknya.

Rumusan kepribadian Islam di sini bersifat deduktif-normatif, yang menjadi acuan bagi umat Islam untuk berperilaku. Oleh karena sifatnya yang deduktif-normatif, maka kepribadian Islam diyakini sebagai konsep atau teori kepribadian yang ideal, yang ’seharusnya’ dilakukan oleh pemeluk agama Islam.

Kedua, kepribadian muslim memiliki arti serangkaian perilaku orang/umat Islam yang rumusannya digali dari penelitian perilaku kesehariannya. Rumusan kepribadian muslim ini bersifat induktif-praktis, karena sumbernya dari hasil penelitian terhadap perilaku keseharian orang/umat Islam.

Boleh jadi dalam penelitian itu ditemukan pola kepribadian yang ideal, karena kepribadian itu sebagai implementasi dari ajaran agama. Atau ditemukan pola yang menyimpang (anomali), karena perilaku yang ditampilkan bertentangan dengan ajaran agamanya, sekalipun dirinya berpredikat muslim.

Dalam konteks ini, keburukan atau kejahatan perilaku orang/umat Islam tak dapat digeneralisir bahwa ajaran Islam itu buruk dan jahat. Artinya, kepribadian muslim belum tentu mencerminkan kepribadian Islam.

Leave a comment

  • Rubrikasi

  • Office

    Jl. Pancoran Baran XI no. 2 Jakarta Selatan Phone: (021)79184886-(021)27480899 Email: majalahqalam@yahoo.com

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...